Selamat dari reruntuhan bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo tak membuat perjuangan Haikal, bocah berusia 13 tahun, berakhir begitu saja. Setelah berhasil dievakuasi dari puing-puing musala yang ambruk pada Senin, 29 September 2025, Haikal kini harus menghadapi ujian berat karena kehilangan kaki kirinya akibat infeksi serius yang dideritanya. Menurut keterangan Direktur Utama RSUD R. T. Notopuro Sidoarjo, Dr. Atok Irawan, tim medis memutuskan untuk melakukan amputasi setelah infeksi di kaki Haikal menjalar ke jaringan lain dan berpotensi mengancam keselamatan jiwanya. Operasi tersebut dilakukan pada Sabtu, 4 Oktober 2025, sekitar pukul 00.30 WIB dengan pemotongan di atas lutut karena jaringan di bawahnya sudah tidak bisa diselamatkan. Keputusan amputasi disetujui pihak keluarga setelah mendapat penjelasan bahwa tindakan itu merupakan satu-satunya cara untuk mencegah penyebaran infeksi lebih luas dan menghindari risiko sepsis yang bisa berakibat fatal.
Usai menjalani operasi, Haikal kini dirawat di ruang High Care Unit (HCU) agar tetap dalam pengawasan medis intensif, meski kondisinya berangsur stabil. Dr. Atok menjelaskan bahwa kondisi vital Haikal saat ini menunjukkan perkembangan positif, namun tim dokter masih terus memantau luka pascaoperasi dan proses pemulihannya sebelum mengizinkan rawat jalan. Sejak dirawat pada Selasa, 7 Oktober sore, Haikal menunjukkan semangat yang luar biasa. Dalam wawancara yang dikutip dari Kumparan, ia mengungkapkan keikhlasan atas kondisinya dan berkata, “Yang penting saya masih bisa salat.” Ucapan itu menggambarkan keteguhan iman seorang anak yang tetap bersyukur di tengah ujian berat yang menimpanya. Meski demikian, pihak keluarga menyebut bahwa Haikal terkadang masih kerap termenung dan melamun, diduga karena trauma mendalam akibat peristiwa tragis tersebut.
Tragedi ambruknya musala Ponpes Al Khoziny terjadi ketika para santri sedang melaksanakan salat Asar. Bangunan mendadak roboh dan menimpa puluhan santri di dalamnya, menyebabkan banyak korban meninggal dan luka-luka. Haikal termasuk di antara korban yang berhasil diselamatkan setelah terjebak di bawah reruntuhan selama beberapa hari. Proses evakuasi berlangsung intensif, melibatkan tim SAR gabungan yang bekerja siang dan malam hingga akhirnya berhasil mengevakuasi semua korban. Setelah peristiwa itu, total puing reruntuhan yang mencapai 1.259 ton telah diangkut dan dititipkan ke TPA Jabon oleh pemerintah setempat.
Kini perjuangan Haikal beralih dari perjuangan hidup di bawah reruntuhan menjadi perjuangan untuk kembali pulih dan beradaptasi dengan kondisi barunya. Pihak rumah sakit bersama keluarga tengah menyiapkan langkah lanjutan untuk rehabilitasi fisik dan psikologis, termasuk kemungkinan penggunaan kaki prostetik di masa mendatang. Banyak pihak, mulai dari masyarakat, lembaga sosial, hingga pemerintah daerah, diharapkan turut memberikan dukungan bagi Haikal agar ia dapat melanjutkan kehidupannya dengan semangat baru. Peristiwa ini juga menjadi pengingat penting bagi semua pihak tentang pentingnya penerapan standar keselamatan bangunan di lembaga pendidikan, terutama yang dihuni anak-anak. Di tengah segala luka dan kehilangan, keteguhan iman dan semangat hidup Haikal menjadi simbol harapan bahwa dari reruntuhan sekalipun, masih bisa tumbuh kekuatan dan ketegaran luar biasa.
