
Afrika Selatan telah memegang kepemimpinan G20, mengambil peran sebagai ketua dalam kelompok ekonomi terbesar dunia. Hal ini terjadi di tengah-tengah polarisasi global dan ketegangan geopolitik yang menghadirkan tantangan besar bagi upaya G20 untuk mendorong kerja sama internasional.
Sebagai ketua G20 pada 2024, Afrika Selatan bertugas mengarahkan agenda forum yang secara tradisional berfokus pada stabilitas ekonomi global, pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, dan perdagangan. Namun, semakin meningkatnya perpecahan dalam politik global — terutama terkait dengan isu seperti perang Rusia-Ukraina, bangkitnya nasionalisme ekonomi, dan kesenjangan yang semakin lebar antara negara maju dan berkembang — menjadikan tugas untuk menjaga konsensus semakin sulit.

Afrika Selatan, sebagai negara Afrika pertama yang memegang presidensi sejak pembentukan G20, kemungkinan akan menekankan isu-isu yang memengaruhi negara-negara Global South, termasuk pengentasan kemiskinan, keadilan iklim, dan akses terhadap teknologi. Namun, prioritas-prioritas ini bisa berbenturan dengan kepentingan negara-negara G20 yang lebih kaya, yang semakin memperumit proses negosiasi.
Kepemimpinan ini akan membutuhkan diplomasi yang hati-hati, dengan Afrika Selatan harus menyeimbangkan kepentingan negara Barat, China, Rusia, dan ekonomi berkembang. Tantangannya adalah untuk mengatasi masalah-masalah global yang mendesak sambil menghindari perpecahan yang semakin dalam yang dapat merusak aksi bersama dalam isu-isu seperti perubahan iklim, perdagangan, dan kesehatan global.
Singkatnya, kepemimpinan Afrika Selatan dalam G20 datang pada titik krusial di mana kerja sama global sangat penting, tetapi polarisasi geopolitik menjadi hambatan besar.