
Runtuhnya mendadak rezim Bashar al-Assad di Suriah minggu ini mengejutkan dunia. Setelah lebih dari satu dekade konflik brutal, aliansi yang terus berubah, dan kehancuran yang luar biasa, jatuhnya pemerintah Assad sebagian besar dapat dikaitkan dengan tekanan tanpa henti dan tekad dari kekuatan pemberontak Suriah. Kelompok-kelompok ini, yang dulunya terpecah dan berjuang untuk bertahan hidup, telah memainkan peran krusial dalam meruntuhkan rezim tersebut dan membentuk masa depan negara ini.

Kebangkitan Kekuatan Pemberontak
Pada hari-hari awal Perang Saudara Suriah, oposisi terhadap pemerintahan Assad terdiri dari campuran antara demonstran damai dan pemberontak bersenjata. Awalnya, ada harapan bahwa demonstrasi damai dapat membawa reformasi, namun penindasan kekerasan yang dilakukan Assad mengubah protes damai menjadi pemberontakan total. Seiring berjalannya waktu, oposisi terpecah menjadi berbagai faksi, mulai dari kelompok nasionalis hingga milisi Islamis. Meskipun memiliki perbedaan, kekuatan-kekuatan ini bersatu oleh satu tujuan yang sama: menggulingkan rezim Assad.
Pada awalnya, kelompok pemberontak sering kali kekurangan persenjataan dan strategi yang terkoordinasi, tetapi mereka semakin kuat seiring berjalannya waktu. Dukungan eksternal, terutama dari negara-negara seperti Turki, negara-negara Teluk, dan hingga sebagian Barat, memberikan senjata, pelatihan, dan dukungan diplomatik kepada kelompok-kelompok ini. Kelompok pemberontak juga menemukan kekuatan dalam kemampuan mereka untuk memobilisasi dukungan rakyat di berbagai wilayah Suriah.
Pentingnya Strategis Idlib dan Suriah Utara
Idlib, khususnya, menjadi titik fokus konflik Suriah pada tahun-tahun terakhir perang. Di bawah kendali kekuatan pemberontak, termasuk HTS, Idlib menjadi benteng terakhir yang signifikan bagi mereka yang menentang Assad. Provinsi ini tidak hanya menjadi basis bagi kekuatan pemberontak, tetapi juga menjadi simbol penting perlawanan. Kendali kelompok pemberontak atas Idlib mengganggu kemampuan Assad untuk merebut kembali kontrol penuh atas Suriah, yang berkontribusi langsung pada runtuhnya rezimnya.
Selain Idlib, kekuatan pemberontak di utara dan selatan terus menantang kekuasaan Assad, secara konsisten melancarkan serangan, melakukan penyergapan, dan memutuskan jalur pasokan yang penting. Taktik-taktik ini, ditambah dengan dukungan dari kekuatan regional seperti Turki, menciptakan badai tekanan militer dan politik yang akhirnya terlalu berat bagi Assad untuk ditangani.
Runtuhnya Assad: Hasil dari Ketekunan Pemberontak
Pada akhirnya, ketahanan, organisasi, dan kekuatan militer yang terus berkembang dari kekuatan pemberontak adalah faktor yang paling signifikan dalam runtuhnya rezim Assad. Kelompok pemberontak, yang sebelumnya terpecah dan berjuang untuk bertahan hidup, telah berkembang menjadi kekuatan tempur yang tangguh yang mampu menantang rezim di berbagai lini. Ketika militer Assad yang dulunya kuat kehilangan dukungan, kelompok pemberontak mendapatkan keuntungan, dengan rakyat Suriah semakin mendukung mereka. Pada tahun 2024, upaya kolektif dari kekuatan-kekuatan ini, ditambah dengan kemampuan mereka untuk bersatu dan melawan Assad yang semakin melemah, menyebabkan runtuhnya rezim Assad dengan cepat.