
Gelombang demonstrasi besar-besaran di Nepal pada September 2025, yang populer disebut sebagai ‘Gen Z Protests’, mengguncang pusat politik Kathmandu dan meluas ke berbagai kota. Aksi yang dipimpin generasi muda ini bukan sekadar letupan spontan, melainkan puncak akumulasi kekecewaan sosial, politik, dan ekonomi. Berikut lima fakta penting yang melatari protes tersebut.
1. Pemblokiran Media Sosial Sebagai Pemicu Langsung
Pemerintah Nepal memberlakukan pembatasan dan pemblokiran platform digital populer seperti TikTok, Facebook, dan Instagram. Kebijakan ini dianggap mengekang kebebasan berekspresi dan memutus saluran komunikasi generasi muda. Justru, langkah represif ini mempercepat mobilisasi protes.
2. Kemarahan Terhadap Korupsi dan ‘Nepotisme Politik’
Generasi muda menuding elit politik hidup mewah, tidak transparan, dan melanggengkan praktik ‘nepo babies’—politik dinasti yang diwariskan dari ayah ke anak. Ketimpangan antara gaya hidup elit dan kondisi masyarakat memicu rasa ketidakadilan mendalam.
3. Krisis Ekonomi dan Kesenjangan Sosial
Inflasi, pengangguran, serta stagnasi ekonomi memperburuk keadaan. Generasi muda yang melek digital merasa peluang masa depan mereka dirampas. Kekecewaan ekonomi bercampur dengan frustrasi politik menciptakan ‘bahan bakar’ sosial untuk demonstrasi besar.
4. Kekerasan Aparat dan Korban Jiwa
Human Rights Watch dan berbagai media internasional mencatat aparat menggunakan peluru tajam untuk membubarkan massa, menyebabkan korban jiwa dan ratusan luka-luka. Tindakan keras ini justru memperluas solidaritas publik dan memperparah krisis legitimasi pemerintah.
5. Kebangkitan Politik Generasi Z
Demonstrasi di Nepal menandai kebangkitan politik generasi Z sebagai kekuatan baru. Mereka menggunakan kreativitas digital, humor, dan jejaring daring untuk mengorganisir aksi, sekaligus menuntut pemerintahan yang lebih transparan, modern, dan inklusif.